Selasa, 18 Juni 2013

Cerita Dewasa : Mr.P ku di Kulum dan Dimasukin Ke Miss.V Tante Sonya

Cerita Dewasa : Mr.P ku di Kulum dan Dimasukin Ke Miss.V Tante Sonya

Cerita Dewasa : Mr.P ku di Kulum dan Dimasukin Ke Miss.V Tante Sonya - Nama Ryan kini mahasiswa tingkat akhir sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya. Kejadian ini merupakan peristiwa beberapa tahun yang lalu. Waktu itu berusia 18 tahun. Masih tergolong ABG. Suka hidup bebas. Do what I want! Hidup cuma sekali, buat apa bersedih. Itulah sebabnya, suka keluyuran dari kota ke kota sekadar cari pengalaman.

Setelah Ujian Akhir Semester (UAS), saya langsung pergi ke kota Bandung untuk berlibur. Sebelumnya memang belum pernah menginjakkan kaki di Kota Kembang tersebut. juga ingin merasakan indahnya Kota Kembang. Itulah sebabnya nekat pergi ke Bandung sendirian. Yang penting membawa uang banyak. Meskipun begitu, soal uang tidak terlalu foya-foya. Bahkan selalu berusaha untuk berhemat. Tapi kalau untuk urusan cewek, mungkin lain urusannya.

Menginap di hotel murah, Hotel Melati II, di Sekitar Alun-alun kota Bandung. Murah tapi bersih. Meskipun demikian kalau malam cukup berisik. sudah telusuri tempat-tempat gituan, antara lain di Saritem dan Stasiun. Tapi WTS-nya tidak ada yang menarik perhatianku. Lalu, pergi makan di Mc Donal BIP. Eh, saat sedang asyik-asyiknya makan, tiba-tiba pandanganku bertatapan dengan seorang wanita setengah baya. Setelah kuperhatikan, ya ampun ternyata Tante Sonya. Mungkin sudah sepuluh tahun tidak pernah ketemu. Waktu itu masih kecil.
“Apa kabar, Tante!”, sap sambil mendekat.
Akhirnya makan semeja dengan Tante Sonya yang kebetulan juga sedang sendiri. Tante Sonya hampir lupa melihatku.
“Maklum, kamu sekarang sudah besar”, kata Tante Sonya.
Begitu tante tahu menginap di hotel, langsung saja ditawari menginap di rumahnya. Katanya di rumahnya tidak ada orang, kedua anaknya sedang studi di Perancis dan Jerman.

Yah, kupikir-pikir bisa menghemat uang. tentu saja menyetujui ajakannya. Hari itu juga langsung pindah ke rumah Tante Sonya. diberi sebuah kamar depan. Cukup bersih dan mewah. Rumahnya di kawasan Dago Atas. Sebenarnya Tante tinggal bersama Om, tetapi Om sedang berada di negeri Paman Sam untuk mengambil gelar Doctor di Universitas Harvard. Maklum Om-ku dosen salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung dan Jakarta. Malam itu tidur sangat lelap sekali. Maklum capek!

Hari kedua baru tahu, ternyata paviliun sebelah digunakan untuk terima kost, dua orang mahasiswa, yang satu mahasiswa fltas teknik namanya Mas Ary sedangkan yang satunya mahasiswa fltas ekonomi, namanya Mas Yudi. Kata tante, lumayan buat tambah-tambah uang belanja. Tante ternyata juga pembantu wanita, Teh (Teh atau Teteh bahasa Sunda untuk Mbak) Mimin namanya. Wah, ya cukup banyak orang.

Siang harinya tidak ada kejadian yang menarik. Sepulang dari Maribaya dan Tangkuban Parahu terus tidur sampai sore. Setelah makan malam terus ke kamar tidur nonton TV sambil tidur-tiduran. Tidak terasa, jam di dinding telah menunjukkan pukul 24.00. Akhirnya TV kumatikan. Lampu kamar yang terang benderang kumatikan dan kuganti lampu tidur lima watt warna biru. Sepi sekali suasananya.

Namun, di tengah suasana yang sepi itu, kok rasa-rasanya mendengar ada orang bicara bisik-bisik? Mungkinkah pencuri? Karena penasaran, bangun pelan-pelan. mengintip keluar melalui jendela, ternyata tidak ada siapa-siapa.
Ah, kok sepertinya dari kamar tante. pun mengambil kursi dan kuletakkan di dekat tembok. Di atas tembok ada lubang angin-angin kecil sekali, itupun tertutup karton. Karena penasaran, mengambil jarum dan membuat lubang kecil di karton itu. Setelah lubangnya lumayan, coba mengintip.

“Wow.., malam-malam begini mau ngapain tuh Mas Ary, si anak kost?”, pikirku sambil memperhatikan. Tante dan Mas Ary tampak duduk berdua di tempat tidur. Walaupun kamar Tante Sonya memakai lampu lima watt, namun mat masih sanggup melihat dengan jelas.
Uh, mau ngapain Mas Ary?, Kulihat sebentar-sebentar mencium pipi Tante Sonya, kulihat Tante Sonya tersenyum. Dan kemudian dengan tenangnya Mas Ary mulai membuka baju Tante Sonya dan tinggal mengenakan BH.

Kui, tanteku memang masih tergolong muda, belum berusia 40 tahun. Tubuhnya montok, kulitnya putih, wajahnya mirip Dessy Ratnasari. Rambutnya pendek model Lady Diana, tubuhnya langsing. Tak lama kemudian Mas Ary melepas BH tanteku.
Duh.., ternyata montok sekali. Diam-diam mulai terangsang. Burungku mulai membesar. tetap berdiri ddengan tenang di atas kursi.

Berikutnya kulihat Tante Sonya ganti melepaskan baju Mas Ary. Satu persatu kancing bajunya dilepas, akhirnya bajunya dilempar ke lantai. Boleh juga tubuh Mas Ary, tegap dan atletis. Wow.., mereka kemudian saling cium bibir. Saling mengelus punggung. Sebentar-sebentar tangan Mas Ary meremas-remas payudara Tante Sonya. Beberapa menit kemudian kulihat Mas Ary membuka ritsluiting rok yang dipakai tanteku, kemudian dilepasnya rok itu sehingga tanteku cuma memakai celana dalam saja. Adegan berikut tanteku ganti membuka kancing celana Mas Ary, dilepasnya satu persatu, kemudian ditariknya sehingga lepas dan tinggal celana dalamnya saja.

Lagi-lagi keduanya berpelukan lagi dan berciuman mesra sekali. Kemudian Mas Ary mencium leher Tanteku, lalu payudaranya, lalu perutnya, lalu pahanya. Dan kemudian tangannya memelorotkan celana dalam Tanteku. Lepas!, Kemudian diletakkan di kursi. Tahap berikutnya Mas Ary membuka sendiri celana dalamnya. Kulihat penis Mas Ary besar dan panjang seperti punyanya orang Arab. Jantungku berdetak keras sekali. Bahkan penisku ikut-ikutan menjadi keras. Apalagi melihat keduanya kemudian sama-sama dalam posisi berdiri, saling berpelukan, lagi-lagi saling berciuman.

Sekitar tiga menit kemudian dengan posisi berdiri, Mas Ary memasukkan ujung penisnya ke lubang kemaluan tanteku. Sesudah itu mereka berpelukan rapat sekali sambil menggoyang-goyang pinggul masing-masing. Cukup lama. Akhirnya kulihat mereka berdua sudah saling orgasme. Hal ini terlihat karena mereka membuat gerakan yang cukup agresif sekali. Walaupun samar-samar, kudengar suara uh.., uh.., uh.., dari mulut Tante Sonya. Sialnya, tak terasa pun mengalami orgasme, celana dalamku menjadi basah, apa boleh buat.

Adegan berikutnya dilkan seperti biasa, yaitu tante berada di tempat tidur dengan posisi di bawah dan Mas Ary di atas. Apa yang kulihat memang benar-benar mengasyikkan. Maklum, baru sekali itu melihat dengan mata kepala sendiri adegan seks yang dilkan orang lain.

Esok harinya bersikap biasa-biasa saja seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa. Kulihat Tante juga bersikap biasa-biasa saja. Makan pagi bersama. Sesudah itu pergi ke Pangalengan sekedar rekreasi.

Sore harinya sudah sampai di rumah lagi. Seperti kemarin, sore-sore pembantu tante menyediakan teh manis dan roti. Kulihat, pembantu Tante Sonya yang namanya Teh Mimin ini tergolong seksi juga. Umurnya kira-kira sama dengan umurku, yaitu sekitar 19 tahun. Terus terang, nafsuku jadi bangkit melihat buah dadanya yang montok itu. Kata tanteku Teh Mimin sudah punya anak, tapi ditinggal di desanya, dirawat neneknya. Tiap hari Kamis pasti pulang ke kampung untuk menengok anaknya.

Malamnya tidak bisa tidur. Sebentar-sebentar mengintip kamar tanteku. Namun hingga pukul 24.00 ternyata tidak ada kejadian apa-apa. Akhirnya tidur pulas.

Sekitar pukul 10:15 menuju ke terminal Ledeng. kepingin melihat obyek pariwisata Ciater. Eh.., ternyata ketemu Teh Mimin.
“Mau kemana Teh”, tany.
“Ke Subang.., nengok anak Mas..”.
“Wah, sama-sama aja, deh..”, ajakku.
Ternyata ya lancar-lancar saja. duduk berdua dengan Teh Mimin. Akhirnya mencari-cari alasan untuk ditemani di Ciater, soalnya belum hafal kota Bandung. Karena hari masih siang, akhirnya mau juga Teh Mimin menemani . Walaupun gadis desa, tapi Teh Mimin sempat mengecap bangku SLTP hingga lulus. Cara berpakaiannya pun tergolong rapi seperti pelajar-pelajar pada umumnya.

Sampai di Ciater menyewa salah satu bungalow dengan alasan ingin istirahat. Kebetulan rumah Teh Mimin tidak begitu jauh dari bungalow tempatku istirahat. cari-cari alasan lagi. bilang, di Ciater tidak ada yang jualan nasi goreng, kalau tidak keberatan minta Teh Mimin nanti malam mengantarkan nasi goreng. Ternyata Teh Mimin tak keberatan. Ya begitulah, tanpa rasa curiga sedikitpun, sekitar pukul 19.00 Teh Mimin telah berada di bungalowku mengantarkan nasi goreng. Kuajak ngobrol ngalor-ngidul tentang apa saja.

Akhirnya obrolanku agak nyenggol-nyenggol dikit tentang seks. Teh Mimin bilang sudah lama tidak melkannya karena suaminya sudah tiga bulan ini impoten akibat kecelakaan sepeda motor. “Nah.., ini dia yang kucari”, pikirku.
Sengaja memang ngobrol terus sehingga tanpa terasa telah pukul 21.30. Ketika Teh Mimin pamit pulang, pun bilang, lebih baik jangan pulang karena malam-malam begini banyak orang iseng atau orang jahat.
“Tidur aja di sini Teh, kan ada dua kamar. Teh Mimin di kamar sebelah, saya di sini”, kat.
Setelah kubujuk habis-habisan akhirnya Teh Mimin mau juga tinggal di kamar sebelah.

Kira-kira pukul 24.00 mengendap-endap berjalan pelan menuju ke kamar Teh Mimin.
“Kok, belum tidur?”, tany pelan sambil menutup pintu.
“Dingin Mas udara Ciater”, katanya sambil tetap telentang di tempat tidur sambil memegangi selimut yang menutupi tubuhnya.
“ juga kedinginan”, kat.
Entahlah, sepertinya sudah saling membutuhkan. Ketika merebahkan tubuhku di sampingnya, Teh Mimin diam saja. pun menarik selimutnya sehingga kami berdua berada di dalam satu selimut. Untuk menghilangkan rasa dingin kupeluk Teh Mimin. Ternyata diam saja. Begitu juga ketika kuraba-raba payudaranya yang montok ternyata juga diam saja.

Akhirnya dengan mudah bisa melepaskan baju, BH, rok dan celana dalamnya. Hanya dalam waktu beberapa detik saja kami berdua sudah dalam keadaan bugil tanpa sehelai benangpun. Meskipun demikian kami masih di dalam satu selimut. Begitulah, tanpa hambatan, malam itu dengan mudah bisa menyetubuhi Teh Mimin hingga dua kali. Tampaknya Teh Mimin mengalami orgasme hingga dua kali.
“Terima kasih Mas, Sudah lama nggak merasakan yang begini-begini.., Suamiku sudah nggak sanggup lagi”, bisiknya sambil mencium bibirku.

Esok pagi subuh, Teh Mimin kembali pulang ke rumahnya. Sedangkan kembali ke Bandung agak sorenya. Maklum masih ingin menikmati pemandangan sekitar perkebunan teh di Ciater.

Sore harinya sampai di Bandung dan sikapku biasa-biasa saja terhadap Teh Mimin, seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa. Lagipula juga pesan agar Teh Mimin tidak usah cerita kepada siapa-siapa. nggak enak kalau sampai Tante Sonya tahu. Begitulah. Tak terasa malam telah tiba lagi dan waktu tidurpun telah menyongsong.

Pukul 24.00, Seperti biasa lampu kamar kumatikan dan kugantikan lampu tidur lima watt. Eh.., lagi-lagi mendengar orang bisik-bisik. Pasti di kamar Tante Sonya. pun dengan pelan-pelan mengambil kursi dan mulai mengintip dari lubang kecil yang kemarin kubuat. Kali itu agak terkejut. Ternyata kali itu bukan Mas Ary, tetapi Mas Budi. Wah, Tanteku ternyata tergolong hyperseks. Malam itu seperti kemarin-kemarin juga. Mas Budi kulihat menyetubuhi tanteku dengan berbagai posisi. Bahkan sempat kulihat Tante Sonya berada di posisi atas. Gila!, lagi-lagi mengalami orgasme sendirian. “Creet.., creet.., cret”, celana dalamku basah lagi. Terpaksa harus ganti celana dalam. Dalam hati, diam-diam membayangkan betapa nikmatnya jika bisa menyetubuhi tanteku sendiri. Memang ini merupakan penyimpangan. Tapi, ya apa salahnya, toh tanteku mau dengan Mas Ary dan Mas Budi. Tapi apa mau dengan ? Semalaman tidak bisa tidur karena mencari strategi supaya bisa meniduri Tante Sonya.

Apa yang pernah dikatakan Teh Mimin di Ciater memang benar. Tiap hari Sabtu Mas Ary dan Mas Budi pulang ke Jakarta. Sehingga hari Sabtu itu cuma ada , Teh Mimin dan Tante Sonya. pusing setengah mati mencari strategi untuk merayu Tante Sonya, namun belum ketemu-ketemu juga jalan keluarnya. Namun, akhirnya punya ide.

“Tante suka nonton?, Kebetulan hari ini hari ulang tahun Ryan”, kat di pintu kamarnya Tante Sonya. Tante waktu itu sedang merapikan rambutnya di depan kaca.
“Ah.., Tante nggak tahu kalau kamu ulang tahun. Selamat Ya”, ujar Tante sambil menuju ke tempatku. Dijabatnya tanganku, “Happy Birthday, mau traktir Tante, nih..”.
“Ya, kalau Tante nggak keberatan”, ujarku penuh harap.
Ternyata pancinganku berhasil. Malam itu nonton bioskop yang pukul 21.00, soalnya mau nonton yang pukul 19.00 sudah ketinggalan karena jam telah menunjukkan pukul 20.00.

Pulang nonton sekitar pukul 23.00 Sampai di rumah, Tante Sonya nggak bisa masuk ke kamarnya.
“Aduh, tadi taruh di mana ya kunci kamarku?”, kata Tante sambil mondar-mandir.
“Waduh, nggak tahu Tante. Tadi ditaruh di mana?”, jawabku bohong. Padahal, sebelum berangkat, pada waktu Tante Sonya ke kamar mandi sebentar, kunci kamar yang digelatakkan di dekat meja telepon sempat kusembunyikan di bawah kursi.
pun pura-pura membantunya mencari. Sekitar setengah jam nggak ketemu, akhirnya bilang, “Tidur aja di kamar Ryan, Tante. Biar Ryan tidur di kursi tamu saja..”.
Mungkin karena sudah capek, akhirnya Tante Sonya tidak punya pilihan lain, akhirnya tidur di kamarku dan tidur di kursi tamu. Namun sekitar setengah jam, masuk ke kamar.

“Di luar dingin Tante, boleh tidur di sini saja? Nggak apa-apa khan?”, tany.
“Oo, silakan..”, jawab Tante.
pun merebahkan tubuhku di samping tubuh Tante Sonya. Jantungku berdetak keras, otakku terus mencari strategi berikut .Gimana nih cara memulainya? Susah juga!
“Aduh, Tante kalau tidur kok membelakangi saya”, kat pelan.
“Oh ya, maaf.Kebiasaan sih..”, Tanteku membalikkan badannya, miring menghadap ke arahku.
Seolah-olah tidak sengaja, tanganku menyenggol payudara Tante.
“Maaf Tante, nggak sengaja..”.
“Ah.., nggak apa-apa”.
“Maaf Tante, payudara Tante indah sekali”, pancingku.
Kulihat Tanteku membuka matanya dan tersenyum.
“Boleh saya memegangnya Tante?”, bisikku, “Soalnya seumur hidup saya belum pernah melihat payudara seindah ini”, rayuku.
“Ah, boleh-boleh saja..”.

pun dengan tangan gemetaran memegang payudara tanteku.
“Aduh, tangan saya gemetaran Tante. Maklum, belum pernah”, pancingku lagi. Makin lama makin berani. Tanganku menyusup ke BH-nya.
“Boleh saya buka BH-nya Tante?”, tany penuh harap setengah berbisik.
Tak ada jawaban. pun memberanikan diri melepas kancing baju Tanteku satu persatu dan akhirnya berhasil melepas BH Tanteku dengan mudah. Tampaklah payudara yang montok padat berisi. pun meremas-remasnya. Lama kelamaan, tampaknya tanteku mulai terangsang, nafasnya panjang-panjang. Diciumnya keningku, pipiku lantas bibirku. Kulihat Tante mulai membuka kancing bajuku satu persatu dan akhirnya tanpa baju.

“Tante, saya belum pernah..”, bisikku pelan. Tentu saja berbohong.
“Nggak apa-apa, nanti Tante ajarin..”.
Begitulah, beberapa menit kemudian Tanteku melepas celan dan akhirnya celana dalamku. Begitu juga, Tante melepas sendiri rok dan celana dalamnya. Kami berdua sudah dalam keadaan telanjang bulat.
“Tante, belum bisa..”, berbohong lagi.
“Nanti Tante ajarin..”, bisiknya.
Begitulah, akhirnya keinginanku untuk menggeluti Tante Sonya telah berhasil. Malam itu bermain hingga mengalami orgasme dua kali. Demikian juga, Tante Sonya juga dua kali mengalami orgasme.
“Ah, Ryan!, Kamu telah membohongi Tante! Ternyata kamu jagoan! Tante puas..!”, bisik Tanteku sambil menuju ke kamar mandi. Malam itu dan Tante tidur berdua telanjang bulat di bawah satu selimut sampai pagi hari.

Hari Minggu ini sepi. Mas Ary dan Mas Budi belum pulang. Kata tante, mereka berdua biasanya pulang ke tempat kost hari Senin pagi. Yang ada cuma Teh Mimin, sementara itu tiap Minggu pagi Tante mengikuti senam aerobik dan disambung arisan RT/RW. Katanya, Tante akan pulang agak sore. Ya, daripada nggak ada acara, akhirnya menuju ke dapur. Kulihat Teh Mimin sedang mempersiapkan makan siang. Kulihat Teh Mimin tersenyum penuh arti. Tanpa basa-basi, kupeluk Teh Mimin dan kutarik ke kamarnya. Begitulah, tanpa halangan yang berarti, dan Teh Mimin hari itu bersuka cita menikmati hari Minggu yang sepi. Di kamar Teh Mimin yang ukurannya kecil itu, di tempat tidur tanpa kasur, untuk yang kedua kalinya menggeluti Teh Mimin. Lagi-lagi Teh Mimin mengucapkan terima kasih karena telah berkali-kali memberikan kepuasan batin yang selama beberapa bulan ini tidak pernah dilkan suaminya.

Malam harinya, Tante Sonya mendatangi kamarku dan mengajak begituan lagi. Ya, kapan lagi. Tanteku tergolong masih muda, cantik, seksi. Kami berdua benar-benar memperoleh kepuasan lahir dan batin.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar