Senin, 17 Juni 2013

Cerita Dewasa : Desahan Nikmat Teman Baruku


Suatu hari Sabtu pergi bersama teman-teman ke sebuah disco di daerah kota. Teman-temanku sudah mempunyai pasangannya masing-masing, hanya saja yang sendiri. Tempat itu terasa penuh, sesak dan bising karena suara musik yang keras. Kami duduk di sebuah meja di pojok ruangan dan memesan minuman. Karena tak kuat minuman alkohol, jadi kupesan coca-cola. Teman-temanku ramai-ramai turun dan berdansa, tinggallah sendiri di meja itu.

Di kegelapan ruangan disco itu, kulihat sesosok wanita tinggi semampai, cantik dan langsing. Beberapa kali melihatnya sambil berharap ada balasan pandangan darinya. Tanpa menunggu lebih lama agi, kuhampirinya dan kusapa.

"Hallo, apa kabar, sendirian aja ya?"
"Ya. Lagi liat-liat dan mau having fun" jelasnya sambil tersenyum.
"Kamu sama siapa kesini?" tanyanya.
"Sama teman-teman. Kenalkan .." sap sambil menyebut nama.
" Anggi" katanya.

Kuajak dia duduk di mej lalu memesan minuman. Kulihat wajahnya yang putih bersih, kulit yang halus dan cantik. Dia seorang wanita keturunan Tionghoa. Dia memakai baju dan celana kulit hitam mengkilat dan ketat. Kamipun lalu ngobrol-ngobrol dan ketawa-tawa seolah-olah kami sudah kenal lama. Impresi pertam mengatakan dia orang yang baik dan mudah akrab namun cukup agresif. Sesekali kami turun dan berdansa. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 11 malam dan Anggi berkata pad.

" mau pulang, sudah bosan. mau melkan sesuatu di rumah, tapi perlu teman untuk itu. Kamu mau ikut atau tetap disini saja?".
Tanpa pikir panjang kujawab, " ikut denganmu."

Malam itu kami pun lalu mencari taksi dan dia mengatakan ke supir taksi.

"Pak, ke apartemant ABC di Peconongan".

Taksipun lalu berjalan mengarah ke Peconongan. Di dalam taksi coba mendekati dan merayunya. Kupegang tangannya dan diapun tak menolakknya. Terasa kulit tangan yang halus. Merasa mendapat angin, melanjutkan rayuanku dengan mengecup pipinya. Dia tak menolaknya dan malah mencium balik pipiku. Maunya taksi ini berputar-putar biar perjalanannya lebih lama sehingga bisa menikmati momen ini.

Tak lama kemudian taksipun sampai di aperteman itu. Kubayar taksi dan dia mengajakku untuk mampir di apartemannya. Kami lalu naik ke lantai 10. Dibukanya pintu utama dan kulihat ruangan apartemannya yang bersih dan rapi.

"Apik sekali ya kamu. Tinggal sama siapa kamu disini?"
Di jawabnya, "Sendirian. Orang tu yang beli aparteman ini tapi mereka tidak tinggal disini."

Lampu ruangan yang baru saja dinyalakannya kemudian di redupkan sehingga terangnya seperti api lilin.

"Kalau mau minum, ambil sendiri saja ya. Lemari esnya di sebelah situ dan ada beberapa makanan kecil di dekat kulkas," katanya sambil berjalan menuju kamarnya.

Dia tinggal di 1-bedroom apartemen. Barang-barangnya kulihat tersusun rapi dan apik. Di ruang tengah (tamu) ada TV dan sofa. Diantara sofa dan TV ada karpet tebal dan lembut berwarna putih. Kulihat Anggi berjalan keluar kamarnya sambil membawa sebuah tas. Kamipun lalu duduk disofa sambil nonton TV. Dia lalu menawarkan pad untuk menonton film VCD. pun setuju dan tidak perduli apa filmya karena yang ada dibenakku mau "USAHA". Sambil dia mencari film yang dimaksud, kutanya.

"Maaf, apakah kamu sudah menikah?"
Dijawabnya, "Nikah? Pacar aja nggak punya".
Kulanjutkan, "Nggak mungkin, cewek secantik kamu nggak punya pacar? Mungkin kamu terlalu milih kali".
Anggi lalu berkata, " lagi nggak mau mikirin soal pacar dan nggak usah nanya-nanya soal gituan ya. Sekarang lagi mau having fun"

Dahiku berkerut memikirkan apa kiranya yang dimaksud dengan "having fun". Didapatkannya VCD yang dimaksud dan film pun mulai ditayangkan dan betapa herannya melihat film tersebut. Film yang disetel Anggi adalah tentang Bondage dan Disiplin. Diapun lalu bercerita tentang fantasi yang ia miliki dan betapa senangnya ia kalau bisa melkan hal-hal seperti yang ada di film tersebut. Di jelaskan pad bahwa dia ingin dapat mengikat orang lawan jenisnya. Dia lalu bertanya pad.

"Mau saya ikat kamu seperti di film itu?"

menggelengkan kepala menandakan ketidaksetujuanku. Dia lalu beranjak ke arah pintu dan mengunci serta melepaskan kuncinya.

"Nah sekarang kamu nggak bisa pergi. Kamu sekarang culik dan akan kujadikan budakku. Kalau kamu melawan, akan berteriak meminta tolong biar orang-orang berpikir seolah-olah kamu mau memperkosa . Apa kamu punya pilihan? Sebaiknya kamu nurut aja" katanya sambil mengejek namun terlihat paras muka yang memohon.
Kutanya, "Buat apa pakai di ikat-ikat segala? Lebih enakkan kalau bebas dan kita bisa meneruskan seperti yang di taksi tadi"
Dijawabnya, " mau nerusin yang tadi tapi dengan syarat kamu harus di ikat. senang dan bergairah sekali kalau lawan mainku nggak berdaya lho!"

Akhirnya setuju dan menyerahkan diriku padanya.

"Ok deh kalau gitu maunya kamu tapi hati-hati ya," pint padanya.

Tak kusangka cewek manis dan cantik ini punya suatu keanehan. Anggi lalu memint untuk berdiri dan melepaskan pakaianku hingga celana dalam. telanjang bulat dibuatnya. Dikeluarkannya beberapa tali dari tas lalu diletakkan disampingku. Film bondage masih terus diputarnya. Ia lalu meminta kedua tanganku diletakkan dibelakang dan diikatnya dengan seutas tali yang cukup panjang. Beberapa putaran tali dililitkan di tanganku dan kumerasakan ikatan yang kuat. Kedua ujung tali kemudian di ikat mati olehnya sambil terlebih dahulu ditariknya keras-keras. Ia pun lalu mengecek beberapa lilitan tali di tanganku memastikan tidak ada yang longgar.

Setelah kedua tanganku terikat dibelakang, ia lalu mengikat kedua siku lenganku erat-erat. Kemudian ia ikat kedua kaki dan lututku. masih berdiri sambil beberapa kali berusaha menyeimbangi diri agar tidak jatuh. Setelah semuanya terikat, ia lalu menjatuhkan badanku ke lantai. Beberapa tali masih belum terpakai dan tergelatak dilantai. Sesekali ia mengecek tali-tali ikatan itu dan setelah itu kulihat senyum kepuasan diwajahnya.

"Kamu seksi sekali deh telanjang dalam keadaan terikat. Kamu harus kuapakan? Ada ide nggak?" tanyanya sambil memandangku.
menggelengkan kepal sambil menjawab, "Nggak ada. Terserah kamu aja deh mau ngapain "
Lalu disambungnya, "Ok deh kalau begitu nanti kupikirkan"

Tanpa kusadari, kurasakan kegairahan yang teramat sangat dalam keadaan terikat. Penisku berdiri tegak dan keras bagaikan sebuah tiang bendera yang besar. Tak kupungkiri menyukai keadaan ini. Mungkin kegairahan ini timbul karena diikat seorang wanita cantik. Dalam keadaan tak berdaya, Anggi lalu memint untuk menjilati kakinya. Permintaannya kurasakan sebagai suatu hinaan dan benci serta tak mau melkannya. Belum sempat lama berpikir untuk menjawabnya, kedua kakinya diletakkan di muka dan mulutku.

"Ayo jilat, bersihkan kakiku!" bentaknya.

Kulkan perintahnya dan terdengar desihan nikmat darinya. Kujilat dan kuisap jempol dan jari-jari kakinya beberapa kali. Mulutku terasa kering karena jilatan-jilatan itu. Selang beberapa waktu kemudian, ia memint untuk menghentikan dan Anggi lalu beranjak dari duduknya dan menibaniku dengan posisi kemaluannya berada diatas kepal.

"Sekarang kamu jilat mekiku" pintanya.

Direndahkan mekinya sehingga memudahkanku untuk melakkannya. Desihan nikmat yang cukup keras terdengar dari mulutnya.

"Aduh enak sekali, ayo jangan berhenti. Terus, terus, terus.."

Ia lalu menundukkan kepalanya dan kemudian kurasakan penisku terisap. Kami melkan posisi 69. Dilkannya berualang-ulang hingga kurasakan nikmat yang teramat sangat. Kuperingatkan padanya bahwa sebentar lagi akan ereksi, namun Mee Mei tidak perduli malah mempercepat hisapan-hisapan itu sambil mempermainkan biji penisku dengan tangannya.

"Awas, awas mau keluar.."

Dan semprotan sperm keluar dengan kencangnya ke mulut Anggi. Cukup banyak sperma yang keluarkan dan mungkin sebagian tertelah olehnya. Walau sudah berereksi, ia tidak menghentikan hisapan-hisapan itu dan terus malkannya. Terasa kegelian tapi nikmat sekali. Tidak lama kemudian, ia pun menyudahi hisapan itu dan berjalan ke kamar mandi membersihkan mulutnya yang dipenuhi oleh sperm. Ia lalu kembali dan berkata.

"Bagaimana rasanya di sepong dalam keadaan terikat? Nah sekarang istirahat dulu"

Ia pun membiarkan diriku terikat di lantai. Ia lalu mengganti film bondage dengan acara lainnya. Sambil menonton TV, Anggi memainkan kembali kedua kakinya pada badan dan kepal sambil sekali-kali menendangku, tapi tidak keras.

Kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 1 pagi dan badanku terasa capai dan lemas. Kulihat ekspresi yang sama pada Anggi. Kuminta padanya untuk melepaskan ikatan-ikatan ini karena mau pulang. Permintaanku itu disambutnya dengan menyumpal mulutku dengan lakban serta mengikatkan seutas tali di kakiku dan kemudian menariknya ke atas serta menyatukannya dengan tanganku. Tidak ada jarak yang tersisa, kaki dan tanganku bersatu dibelakang badan dan kemudian ia ikatan kedua ujung tali tersebut. Setelah selesai mengikatkan tali itu, ia lalu menarik tubuhku yang terikat ke dalam kamarnya dan kemudian mengangkatku ke tempat tidurnya. Lalu ia berbaring disebelahku dan berkata.

"Kamu nggak boleh pulang malam ini. Kamu temani disini. capai dan mau tidur. Selamat tidur. Mimpi indah ya. Jangan coba-coba melepaskan ikatan tali-tali itu"

Anggi lalu mematikan lampu kamarnya dan kemudian ia pun hilang ditelan kegelapan malam. pasrah dan menerima keadaan ini dan berusaha untuk dapat tidur sambil berusaha untuk tidak menghiraukan sakitnya ikata tali-tali di tangan dan kakiku.

Dalam tidurku terasa sesuatu hisapan di penisku. Enak dan nikmat hisapan itu. berpikir mungkin sedang bermimpi. tidak sadar bahwa masih dalam keadaan terikat. Kubuka kedua mat dan kulihat Anggi sedang menghisap penisku yang sudah berdiri tegak dan keras. sadar sedang tidak bermimpi. Ada sesuatu yang aneh lainnya yang kurasakan. Anusku terasa dimasuki oleh sesuatu, tidak besar namun geli rasanya. Akhirnya kusadari Anggi sedang memasukkan jarinya yang tertutup sarung tangan plastik ke lubang pantatku. Tidak mudah ia melkannya karena posisi ikatan yang menyatukan kaki dan tanganku sehingga menyebabkan lubang anusku tidak mudah untuk digapai.

Tak lama kemudian ereksiku pun terjadi dan sperm berhamburan kembali di mulutnya. Ia pun kemudian berjalan ke kamar mandi membersihkan dirinya. Kemudian ia kembali menghampiriku dan melepaskan lakban yang menyumpal mulutku dari tadi malam.

"Selamat pagi, gimana kabarnya. Belum pernahkan dibangunkan dengan alarm dengan sepongan" Anggi menyap.
hanya tersenyum. Lalu mengatakan, "Lepaskan dong tali-tali ini. Sakit rasanya terikat semalaman. mau mandi dan pulang".
Ia lalu berkata, "Ini kan hari minggu buat apa cepat-cepat pulang. Lagipula masih pengin melihat kamu seperti ini. Kalau rasanya sakit ya lumrah dong. Oh iya, punya kejutan lho buat kamu. Tadi minta temanku, Florence, kesini. bilang ada sesuatu yang mungkin menarik".
Kujawab, "Gila ya apa kamu. Masa harus dipamerkan dan dimainkan oleh teman-temanmu dalam keadaan seperti ini. nggak mau. Ayo buka tali-talinya!!" kat dengan suara yang keras.
"Nggak mau. Buka aja sendiri" sahutnya.

Anggi lalu menyumpal mulutku kembali dan keluar kamar. meronta-ronta sekuat tenag mencoba membuka ikatan tali-tali itu. Berkeringat seluruh badanku. Tidak lama kemudian ia kembali membawa sebuah lilin yang menyala. Ia lalu duduk disampingku dan meneteskan air lilin yang panas ke badanku.

"Ugh, ugh, ugh.." berteriak menahan panasnya tetesan lilin itu.

bergeliat-geliat mencoba menjauhinya namun ia terus mendekatiku dan mengulangi meneteskan lilin itu. Akhirnya pasrah dan hanya bisa berteriak dalam keadaan tersumpal. Setelah puas melkan permainan meneteskan lilin itu, Anggi lalu membuka sumpalan mulut dan ikatanku satu demi satu hingga terbebas.

" bercanda kok bilang temanku mau datang kesini. Tapi nanti kalau kamu ikat lagi, boleh ya ajak temanku, cewek kok. Siapa tahu nanti akan lebih asyik dan bergairah. Ma kasih ya. Minggu depan kesini lagi ya tapi jangan malam. Kita mulainya dari Sabtu siang aja, kan jadi punya banyak waktu," sapanya sambil memperlihatkan beberapa foto diriku dalam keadaan terikat.

Belum sempat menjawab, Anggi lalu berkata sambil mengancam.

"Kalau kamu nggak mau ketemuin lagi, foto-foto ini nanti sebarkan lho! Jadi jangan coba-coba untuk menghindar. juga sudah tahu nomor telpon dan alamat kantormu dari kartu nama yang ada di dompetmu".

tidak bisa berkata apa-apa kecuali mengiyakan permintaannya. pun lalu mandi dan berpakaian. Tak lama kemudian pamit pulang tanpa banyak berkata apa-apa. Sebelum berpisah, Anggi kembali mengingatkanku dan tersenyum mengejekku.

"Minggu depan ya sayang, jangan lupa. tunggu lho.."

Tak kusangka jam pada saat itu menunjukkan pukul 10 pagi. Hampir 24 jam terikat dan disiksa olehnya. Namun ikatan dan siksaan itu sangat kunikmati dan sangat menggairahkanku. berkata dalam hatiku tanpa foto-foto itu atau diminta untuk datang kembali, pasti akan datang memintanya untuk mengikat dan menyiks lagi.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar