Bencana gempa berkekuatan 6,2 skala richter mengguncang Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah pada Selasa 2 Juli 2013. Banyak korban dampak gempa yang mesti dibantu.
Para petugas tim evakuasi, baik dari Badan SAR Nasional (Basarnas), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Polri, sampai TNI diterjunkan untuk membantu mereka yang menjadi korban. Tapi, bukan berarti pengorbanan untuk membantu korban, tanpa disertai pengorbanan lain.
Seperti yang dirasakan oleh seorang anggota TNI Angkatan Darat yang enggan disebutkan identitasnya itu. Dia ditugaskan untuk menjadi tim evakuasi di Desa Serempah, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah. Padahal, rumah dia sendiri di Kecamatan Silih Narah, Aceh Tengah, juga rusak akibat gempa.
"Sekali goyang lagi, bisa rubuh itu, Mas," kata dia saat berbincang di Serempah, Sabtu (6/7/2013).
Dia harus rela meninggalkan anak dan istrinya untuk beberapa hari ke depan demi tugas mulia ini. Karenanya dia sering menelepon istrinya untuk sekadar memantau keadaan keluarganya.
"Ini perintah. Ini tugas demi negara dan masyarakat. Mau tak mau kita harus terjun ke lapangan," ujarnya.
"Baru kemarin sore saya sempat pulang. Alhamdulilah mereka dalam keadaan baik," katanya.
Pria yang bertugas di sebuah Komando Distrik Militer di Aceh ini tidak sendiri. Banyak rekan-rekannya juga harus meninggalkan istri dan anak-anaknya untuk menjadi tim evakuasi ini.
"Teman-teman saya banyak juga yang seperti saya. Tapi kalau yang masih bujang mungkin lebih enak, tapi kalau yang seperti saya, rasa khawatir kepada keadaan keluarga yang ditinggal itu pasti selalu ada," ungkap dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar